Cursor

Jumat, 02 September 2016

TERROR GERAKAN SEPARATIS TPN-OPM SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBANGUNAN DI PAPUA

Sejak tahun 1970an, aktivitas gerakan sparatis TPN-OPM selalu mengganggu keamanan di wilayah Papua, tak sedikit orang yang dibunuhnya, baik aparat keamanan maupun warga sipil. Selain bergerak dihutan-hutan dan gunung-gunung, gerakan separatis TPN-OPM juga membaur dengan masyarakat agar bisa memprovokasi dan berusaha mengadu domba.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 Pemerintah Pusat menetapkan otonomi khusus bagi Provinsi Papua untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri sesuai dengan hak dan aspirasi masyarakat agar dapat menata dibidang terentu kearah yang lebih baik sesuai dengan aspirasi dalam mengisi pembangunan agar lebih maksimal dan manpaatnya dapat dirasakan seluruh masyarakat Papua.

Seiring berjalannya waktu, Pemerintah daerah terus melaksanakan pembangunan di segala bidang termasuk salah satunya adalah pembuatan jalan untuk mempermudah akses tansportasi darat, tetapi gerakan separatis TPN-OPM tak henti-hentinya melakukan aksi terror, berusaha melakukan penghadangan ataupun penembakan terhadap mobil lajuran pembawa logistik milik masyarakat, intimidasi kepada para pekerja, meminta pungutan liar dan mengancam bahkan tidak segan-segan untuk membunuh, nyawa manusia bagai binatang yang  tak berharga.

Dalam Tahun 2016 gerakan sparatis TPN-OPM sudah beberapa kali menebar teror dan melakukan pembunuhan terhadap masyarakat yang tidak tahu apa-apa. Pada bulan Maret 2016 pekerja PT Modern Widya Technical (MWT) yang sedang membuka Jalan Trans-Papua di daerah Sinak-Mulia, tepatnya di Desa Agenggen, Distrik Sinak, 4 orang ditembak dan alat berat dibakar dan pihak PT MWT di ancam agar tidak melanjutkan pembangunan jalan. Setelah sempat tidak ada kabar, pada bulan Agustus 2016 gerakan separatis TPN-OPM kembali menebar terror dan pembunuhan, kali ini korbannya seorang pekerja di PT As Jaya di Desa Kome, Distrik Malagineri berbatasan dengan Distrik Kuyawage menjadi korban penembakan.

Masyarakat Papua yang berpendidikan paham dengan berbagai kekejaman yang dilakukan oleh gerakan sparatis TPN-OPM dan semakin antipati serta tidak mudah terjebak oleh sikap dan tindakan yang mengatasnamakan demi masyarakat Papua.  Aksi Terror, kekerasan dan penyerangan bersenjata gerakan sparatis TPN-OPM tidak berpihak terhadap masyarakat Papua justeru akan menimbulkan EFEK PSYKOLOGIS menciptakan ketakutan masyarakat, ketidakstabilan sehingga pembangunan menjadi terhambat bahkan akan terjadi kegagalan dalam pembangun yang sedang dilaksanakan di Papua.

6 komentar:

  1. TPN OPM dong mau apa??? Bagaimana masyarakat Papua bisa sejahtera, kalo setiap pembangunan dong ganggu.

    BalasHapus
  2. Ingin transportasi dan harga sama wilayah tapi knp proses pembangunan jalan digaggu.sudah lah saudara ku mari kita bangun papua

    BalasHapus
  3. Menolak pembangunan sama saja membunuh saudara sendiri rakyat papua supaya tetap brada dlm penderitaan dan ketertinggalan di dlm kegidupan.

    BalasHapus
  4. Ya seperti itu lah realita yang ada di papua,, bikin jalan dapat tembak, bangun jembatan dapat parang, klo bgtu siapa yg mau kerja..?? MENGHAMBAT

    BalasHapus
  5. bagaimana kaka mau maju setiap ada pembangunan pasti palang, sodara yang kerja di tembak,diancam. Itulah realita kehidupan kita sekarang.mari kaka kita buat tanah papua maju bukan ancaman,palang malah kita mundur..

    BalasHapus
  6. Tidak semua OAP gang menghambat pembangunan hanya tikus hutan saja, bikin kitong sengsara.

    BalasHapus