Sejak tahun 1970an, aktivitas gerakan sparatis TPN-OPM
selalu mengganggu keamanan di wilayah Papua, tak sedikit orang yang dibunuhnya,
baik aparat keamanan maupun warga sipil. Selain bergerak dihutan-hutan dan
gunung-gunung, gerakan separatis TPN-OPM juga membaur dengan masyarakat agar
bisa memprovokasi dan berusaha mengadu domba.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001
Pemerintah Pusat menetapkan otonomi khusus bagi Provinsi Papua untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri sesuai
dengan hak dan aspirasi masyarakat agar dapat menata dibidang terentu kearah
yang lebih baik sesuai dengan aspirasi dalam mengisi pembangunan agar lebih
maksimal dan manpaatnya dapat dirasakan seluruh masyarakat Papua.
Seiring berjalannya waktu, Pemerintah daerah terus
melaksanakan pembangunan di segala bidang termasuk salah satunya adalah pembuatan
jalan untuk mempermudah akses tansportasi darat, tetapi gerakan separatis
TPN-OPM tak henti-hentinya melakukan aksi terror, berusaha melakukan
penghadangan ataupun penembakan terhadap mobil lajuran pembawa logistik milik
masyarakat, intimidasi kepada para
pekerja, meminta pungutan liar dan mengancam bahkan tidak segan-segan untuk
membunuh, nyawa manusia bagai binatang yang tak berharga.
Dalam Tahun 2016 gerakan sparatis TPN-OPM sudah
beberapa kali menebar teror dan melakukan pembunuhan terhadap masyarakat yang
tidak tahu apa-apa. Pada bulan Maret 2016 pekerja PT Modern
Widya Technical (MWT) yang sedang membuka Jalan Trans-Papua di
daerah Sinak-Mulia, tepatnya di Desa Agenggen, Distrik Sinak, 4 orang ditembak dan
alat berat dibakar dan pihak PT MWT di ancam agar tidak melanjutkan pembangunan
jalan. Setelah
sempat tidak ada kabar, pada bulan Agustus 2016 gerakan separatis
TPN-OPM kembali menebar terror dan pembunuhan, kali ini korbannya
seorang pekerja di PT As Jaya di Desa Kome, Distrik Malagineri
berbatasan dengan Distrik Kuyawage menjadi korban penembakan.
Masyarakat Papua yang berpendidikan paham
dengan berbagai kekejaman yang dilakukan oleh gerakan sparatis TPN-OPM dan
semakin antipati serta tidak mudah terjebak oleh sikap dan tindakan yang mengatasnamakan
demi masyarakat Papua. Aksi Terror,
kekerasan dan penyerangan bersenjata gerakan sparatis TPN-OPM tidak berpihak
terhadap masyarakat Papua justeru akan menimbulkan EFEK PSYKOLOGIS menciptakan ketakutan
masyarakat, ketidakstabilan sehingga pembangunan menjadi terhambat bahkan akan terjadi
kegagalan dalam pembangun yang sedang dilaksanakan di Papua.
TPN OPM dong mau apa??? Bagaimana masyarakat Papua bisa sejahtera, kalo setiap pembangunan dong ganggu.
BalasHapusIngin transportasi dan harga sama wilayah tapi knp proses pembangunan jalan digaggu.sudah lah saudara ku mari kita bangun papua
BalasHapusMenolak pembangunan sama saja membunuh saudara sendiri rakyat papua supaya tetap brada dlm penderitaan dan ketertinggalan di dlm kegidupan.
BalasHapusYa seperti itu lah realita yang ada di papua,, bikin jalan dapat tembak, bangun jembatan dapat parang, klo bgtu siapa yg mau kerja..?? MENGHAMBAT
BalasHapusbagaimana kaka mau maju setiap ada pembangunan pasti palang, sodara yang kerja di tembak,diancam. Itulah realita kehidupan kita sekarang.mari kaka kita buat tanah papua maju bukan ancaman,palang malah kita mundur..
BalasHapusTidak semua OAP gang menghambat pembangunan hanya tikus hutan saja, bikin kitong sengsara.
BalasHapus